Pendekatanekologi adalah suatu metode analisis yang menekankan pada hubungan antara manusia dan kegiatan lingkungannya, sehingga manusia dan berbagai kegiatannya selalu menjadi fokus analisis dalam keterkaitannya dengan lingkungan abiotik, biotik, maupun sosial, ekonomi dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak boleh diartikan sebagaiGeografi merupakan pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami, yaitu obyek studi geografi Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi litosfere, hidrosfera, biosfera, atmosfera, dan antrophosfera, dan pendekatan geografi Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan jati dirinya. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya. Sejalan dengan hal itu Hagget 1983 mengemukakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan, dan pendekatan kompleks wilayah a. Pendekatan Keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur spatial structure, pola spatial pattern, dan proses spatial proces Yunus, 1997. Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu 1 kenampakan titik point features, 2 kenampakan garis line features, dan 3 kenampakan bidang areal features. Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang. Dalam analisis itu dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. What? Struktur ruang apa itu? Where? Dimana struktur ruang tesebut berada? When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu? Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu? How? Bagaimana proses terbentukknya struktur seperti itu? Who suffers what dan who benefits whats? Bagaimana struktur Keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang. Pola keruangan berkenaan dengan distribusi elemen-elemen pembentuk ruang. Fenomena titik, garis, dan areal memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit dalam hal agihan keruangan Coffey, 1989. Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern, regular pattern, dan cluster linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989. Agihan kenampakan areal bidang dapat berupa kenampakan yang memanjang linier/axial/ribon; kenampakan seperti kipas fan-shape pattern, kenampakan membulat rounded pattern, empat persegi panjang rectangular pattern, kenampakan gurita octopus shape pattern, kenampakan bintang star shape pattern, dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi dimuka selalu disertakan dalam setiap analisisnya. Proses keruangan berkenaan dengan perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dana ruang. Oleh karena itu analisis perubahan keruangan selalu terkait dengan dengan dimensi kewaktuan temporal dimension. Dalam hal ini minimal harus ada dua titik waktu yang digunakan sebagai dasar analisis terhadap fenomena yang dipelajari. Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut. “….belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan? Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai. Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor. b. Pendekatan Kelingkungan Ecological Approach. Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan antara makluk hidup dengan lingkungan alam saja, tetapi harus pula dikaitkan dengan 1 fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. 2 perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan. Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku behavior environment dan lingkungan fenomena phenomena environment. Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan yang penting adalah perubahan pengetahuan lingkungan alam manusianya. Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan produk dan proses anorganik. Studi mandalam mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel kelingkungan inilah yang kemudian diangap sebagai ciri khas pada pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut. Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. 1 mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. 2 mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di lokasi tersebut. 3 mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup cara bertanam, irigasi, dan sebagainya. 4 menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. 5 mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi. Dalam geografi lingkungan, pendekatan kelingungan mendapat peran yang penting untuk memahami fenomena geosfer. Dengan pendekatan itu fenomena geosfer dapat dipahami secara holistik sehingga pemecahan terhadap masalah yang timbul juga dapat dikonsepsikan secara baik. c. Pendekatan Kompleks Wilayah Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula. Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan wilayahnya sebagai obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat hirisontal dan vertikal. Kajian horisontal merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain telah menciptakan hubungan fungsional antara unit-unit wilayah sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan pendekatan yang multivariate juga. Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut. menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota Arti Penting Pendekatan dalam Paradigma Geografi Dalam menghampiri, menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu sains, maka diperlukan suatu metode pendekatan approach method. Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Metode pendekatan ini terbagi 3 macam bentuk pendekatan antara lain pendekatan keruangan, pendekatan ekologi/kelingkungan dan pendekatan kewilayahan. Keruangan, analisis yang perlu diperhatikan adalah penyebaran, penggunaan ruang dan perencanaan ruang. Dalam analisis peruangan dikumpulkan data ruang disuatu tempat atau wilayah yang terdiri dari data titik point, data bidang areal dan data garis line meliputi jalan dan sungai. Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik dengan aspek manusia dalam suatu ruang. Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang penyebaran fenomena, gaya dan masalah dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan antara keduanya. Pendekatan keruangan, pendekatan kelingkungan dan pendekatan kewilayahan dalam kerjanya merupakan satu kesatuan yang utuh. Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. Jadi fenomena, gejala dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit ekosistem dalam ruang. Penerapan pendekatan geografi terhadap gejala dan permasalahan dapat menghasilkan berbagai alternatif-alternatif pemecahan. Sumber 2 Prinsip-Prinsip Geografi dan Unsur Pokok GeografiJika kita amati dan kita analisis gejala geografi dalam kehidupan seharihari, ahli geografi harus selalu berpegang pada empat prinsip berikut. Prinsip persebaran, yaitu suatu gejala yang tersebar tidak merata di permukaan bumi yang meliputi bentang alam, tumbuhan, hewan, dan manusia.Prinsip Analisis Ekologi Dalam Mengkaji Fenomena Geografi Pengetahuan Dasar Geografi = – = – = Untuk mempelajari suatu fenomena/gejala/peristiwa geosfer baik peristiwa alam maupun non alam, Geografi memiliki 3 macam pendekatan yang berciri khas Geografi yaitu pendekatan Keruangan Spatial Approach, pendekatan Lingkungan Ecologycal Approach, dan pendekatan Kewilayahan/Kompleks Wilayah Regional Complex Approach. Ketiga pendekatan tersebut dapat digunakan secara terpadu dalam mengkaji permasalahan Geografi atau dalam kondisi tertentu cukup menggunakan salah satu saja. Salah satu pendekatan yang sering digunakan dalam mengkaji fenomena alam/non alam secara Geografis adalah pendekatan Lingkungan. Pendekatan Lingkungan adalah pendekatan untuk mengkaji fenomena geografi dengan memperhatikan faktor interaksi antar organisme dan organisme dengan lingkungannya. Fokus utama pendekatan yang diadaptasi dari ilmu biologi ini menekankan pada faktor aktifitas manusia yang merubah susunan keruangan. Bentuk aktifitas manusia terjadi dalam bentuk interaksi antar manusia dan interaksi antara manusia dengan lingkungan. Baca Juga Pendekatan Geografi, Pendekatan Keruangan-Topikal, Pendekatan Keruangan-Aktifitas Manusia, Pendekatan Keruangan-Regional, Pendekatan Lingkungan, Pendekatan Kewilayahan. Contoh fenomena geosfer yang dikaji dengan pendekatan lingkungan misalnya adalah Tingginya Produktifitas Pertanian Di Pulau Bali Siapa yang tak tahu dengan Bali, salah satu pulau di wilayah Indonesia yang memiliki pesona alam dan budaya yang luar biasa. Pesona hebat tersebut membuat pulau ini begitu terkenal di dunia dan membuat banyak orang dari negara lain berduyun-duyun untuk menyaksikan keindahan Bali. Hal ini menyebabkan potensi Bali di bidang pariwisata begitu maju pesat dan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah yang besar. Pertumbuhan penduduk dan kegiatan industri pariwisata yang begitu pesat di pulau Bali pada satu sisi membuat banyak terjadi alih fungsi lahan. Salah satu yang terkena imbas adalah alih fungsi lahan pertanian ke bentuk aktifitas lahan yang lain menyebabkan terjadinya penyempitan lahan pertanian. Namun siapa sangka produktifitas pertanian di pulau Bali tetap tinggi. Berdasarkan data BPS tahun 2018, Bali merupakan daerah dengan rata-rata produktifitas pertanian tertinggi di Indonesia yang hampir mencapai 6 ton perhektare GKG Gabah Kering Giling. Tingginya produktifitas pertanian di Bali tersebut dalam ilmu Geografi jika dikaji dengan pendekatan Lingkungan adalah dengan memperhatikan Faktor Aktifitas Manusia Dengan Lingkungan Alam Dalam Mengolah Lahan Pertanian Di Bali. Lahan pertanian di pulau Bali banyak tersebar di bagian utara pada daerah tersebut merupakan daerah surplus pertanian. Dari gambar peta Daya Dukung Lahan Pertanian dan Ekonomi berikut ini dapat diketahui wilayah surplus daya dukung pertanian mayoritas terdapat di kabupaten Buleleng. Daya dukung yang surplus ini mengindikasikan tingginya potensi wilayah tersebut untuk kegiatan pertanian. Kemudian berdasarkan peta morfologi pulau Bali berikut ini diketahui sebagian besar wilayah yang memiliki surplus daya dukung pertanian di buleleng memiliki topografi kasar dengan kemiringan lereng menghadap ke laut Bali. Kondisi topografi yang kasar dengan banyaknya relief-relief permukaan bumi yang memiliki sudut kemiringan besar berpotensi menyebabkan tingginya proses erosi pada lapisan tanah bagian atas. Padahal lapisan tanah bagian atas adalah lapisan tanah yang penting untuk kegiatan pertanian dengan banyaknya humus dan kandungan unsur hara didalamnya. Untuk mengurangi laju erosi permukaan tanah maka sistem penanaman di lahan pertanian di Bali dibuat mengikuti garis kontur contour farming dan dan lahan pertanian dimekanisasi dengan dibuat berundak-undak terasering. Agar produktifitas pertanian tinggi petani juga menerapkan standar-standar peningkatan hasil pertanian secara intesif, misalnya dengan pemilihan bibit unggul, pengolahan tanah, pemberian pupuk dan sebagainya. Salah satu usaha peningkatan produktifitas pertanian di bali adalah dengan sistem irigiasi terstruktur yang disebut dengan Subak. Berbagai cara pengolahan lahan pertanian tersebut menyebabkan produktifitas pertanian di Bali memiliki rata-rata tertinggi di Indonesia. Cara-cara pengolahan lahan tersebut dalam pendekatan Lingkungan ilmu Geografi merupakan bentuk aktifitas manusia terhadap alam atau lingkungan sekitarnya. Faktor Interaksi Antar Manusia Dalam Mengelola Dan Meningkatkan Produktifitas Pertanian Di Bali Metode pengairan sawah tradisional di Bali SUBAK begitu terkenal di dunia dan oleh UNESCO ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Subak tidak hanya berupa bentuk interaksi manusia dengan lingkungan dalam usaha meningkatkan produktifitas lahan pertanian, tetapi juga merupakan bentuk interaksi antar manusia dalam hal ini petani di Bali untuk bekerjasama agar hasil pertanian tetap tinggi. Subak adalah sebuah organisasi yang dimiliki oleh masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan/irigasi sawah secara tradisional. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Subak adalah suatu lembaga sosial masyarakat di daerah pertanian di Bali. Dalam Subak dibentuk struktur kepengurusan yang terdiri atas Pengurus Pakaseh/Kelian Kepala Subak Pangliman/Petajuh Wakil Kepala Subak Penyarikan/Juru Tulis Sekretaris Subak Petengen/Juru Raksa Bendahara Kasinoman/Jura Arah/Juru Uduh/Juru Tibak Kehumasan Pemangku Urusan Ritual Adat Kelompok Sekaa Sekaa Numbeg kelompok yang mengatur hal pengolahan tanah Sekaa Jelinjingan kelompok yang mengatur pengolahan air Sekaa Sambang kelompok yang mengawasi air dari pencurian, menangkap binatang perusak/hama Sekaa Memulih/nandur kelompok yang bertugas dalam hal penanaman bibit padi Sekaa Mejukut kelompok yang bertugas menyiangi padi Sekaa Manyi kelompok yang bertugas menuai/memotong/mengetam padi Sekaa Bleseng kelompok yang bertugas mengangkut hasil panen dari sawah ke lumbung Melalui sistem Subak, para petani medapatkan bagian air sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh musyawarah dari warga/krama subak dan tetap dilandasi oleh filosofi Tri Hita Karana Tiga Penyebab Kebahagiaan dan Kesejahteraan. Maka dari itu, kegiatan dalam organisasi/perkumpulan Subak tidak hanya meliputi masalah pertanian atau bercocok tanam saja, tetapi juga meliputi masalah ritual dan peribadatan untuk memohon rejeki dan kesuburan. Organisasi Subak merupakan organisasi otonom yang terdapat di setiap wilayah pertanian di Bali. Dalam kajian ilmu Geografi, pendekatan Lingkungan yang digunakan untuk menganalisis Subak ini menekankan pada interaksi antar manusia petani dalam usahanya meningkatkan produktifitas pertanian. = – = – = Untuk memahami pendekatan ekologi dalam bentuk presentasi video dapat anda klik icon menuju link Youtube berikut ini. Sumber Tulisan Daldjoeni, N. 1982. Pengantar Geografi. Bandung Alumni Hermawan, Iwan. 2009. Geografi Sebuah Pengantar. Bandung Private Publishing Sumaatmadja, Nursid. 1988. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung Alumni Sya, Ahman. 2011. Pengantar Geografi. Bandung LPPM Bina Sarana Informatika Suharyono dan Moch. Amien. 2013. Pengantar Filsafat Geografi Yogyakarta Ombak Yunus, 2008. Konsep Dan Pendekatan Geografi Memaknai Hakekat Keilmuannya. Disampaikan dalam sarasehan Forum Pimpinan Pendidikan Tinggi Geografi Indonesia. Yogyakarta Fakultas Geografi Universitas Gajah Mada = – = – = Terimakasih atas kunjungannya. Mohon kritik dan sarannya Selamat belajar. Semoga bermanfaat. 6 Sebutkan cabang ilmu geografi! (4) Jawaban: 1. Penulisan atau penggambaran mengenai bentukmuka bumi 2. Geografi adalah studi tentang gejala, dan sifat-sifat permukaan bumi serta penduduknya yang disusun berdasarkan letaknya, dan mencoba menjelaskan hubungan timbal balik antara gejala-gejala, dan sifat tersebut. Gejala geografi atau fenomena geografi sering kali kita temui dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tercermin dalam berbagai macam peristiwa, seperti persebaran pemukiman, persebaran pusat aktivitas penduduk sekolahan, industri, perdagangan, dll, dan peristiwa alam tanah longsor, gempa, perubahan iklim, dll. Pernahkah kamu sadari bahwa peristiwa-peristiwa tersebut banyak yang berkaitan dengan kehidupan manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung? Berikut ini adalah 5 gejala geografi dalam kehidupan sehari-hari. 5 Gejala Geografi Dalam Kehidupan Sehari-hari1. Gejala Pada Atmosfer2. Gejala Pada Hidrosfer3. Gejala Pada Litosfer4. Gejala Pada Biosfer5. Gejala Pada AntroposferDaftar Pustaka 1. Gejala Pada Atmosfer Gejala yang terjadi pada lapisan atmosfer biasanya berkaitan dengan perubahan musim yang dapat berperngaruh terhadap a. Komoditas yang akan ditanam di sawah. Contohnya ketika sedang musim kemarau para petani memilih untuk menanam palawija, sedangkan ketika musim hujan petani akan menanam padi. b. Jenis pakaian yang dikenakan penduduk. Contohnya penduduk yang bertempat tinggal di wilayah yang beriklim dingin pasti akan menggunakan pakaian berbahan tebal. 2. Gejala Pada Hidrosfer Gejala pada hidrosfer berkaitan dengan air, baik itu air tanah, air permukaan atau air laut. Gejala-gejala yang terjadi pada hidrosfer antara lain a. Besar kecilnya volume limpasan air permukaan selain dipengaruhi oleh curah hujan, juga dipengaruhi penggunaan lahan oleh manusia. b. Besar kecilnya volume cadangan air tanah dipengaruhi oleh banyak sedikitnya lahan terbuka untuk peresapan air ke dalam tanah, semakin boros manusia dalam penggunaan lahan. Maka semakin sedikit pula volume air tanah di dalamnya. 3. Gejala Pada Litosfer Gejala pada litosfer ini berkaitan dengan kondisi tanah, baik dari batuan, jenis tanah, dan lain sebagainya. Untuk gejala-gejala yang terjadi pada lapisan litosfer yaitu a. Untuk mengurangi tingkat pengikisan tanah erosi pada lahan miring, maka dalam pemanfaatan tanah tersbut dibuatlah terasering sengkedan untuk mengurangi terjadinya longsor. b. Untuk menghindari penurunan daya dukung lahan, maka pemanfaatan lahan harus memperhatikan daya dukung atau kemampuan lahannya. Contohnya ketika ingin membuat sebuah kawasan perumahan elite, pastikan dulu lapisan tanah di bawahnya bukan berada di atas tanah yang rawan. 4. Gejala Pada Biosfer Keragaman flora dan fauna menyebabkan keanekaragaman konsumsi bahan pangan. Misalnya pada daerah penghasil padi mayoritas penduduknya pasti mengkonsumsi nasi dari beras. Sedangkan pada daerah penghasil jagung, maka mayoritas menggunakan jagung sebagai sumber karbohidrat. Keberadaan dari hewan juga berpengaruh demikian, misalnya di Indonesia menggunakan kuda, sapi, kerbau untuk membantu pekerjaan sehari-hari. 5. Gejala Pada Antroposfer Gejala pada antroposfer ini berkaitan dengan manusai baik dalam kebiasaan, adat dan budaya. Hal ini menjadikan perbedaan interaksi antara satu daerah dengan daerah lainnya. Namun dengan adanya perbedaan ini bukan malah menjadikan sebuah kelemahan, tetapi menjadi alasan untuk saling menguatkan. Karena satu sama lain saling membutuhkan dan saling menjaga. Nah seperti biasa, untuk mengetahui pemahaman kamu mengenai materi gejala geografi pada kegiatan sehari-hari, di bawah ini ada satu pertanyaan. Pertanyaan Sebutkan salah satu contoh gejala pada antroposfer dalam kehidupan sehari-hari! Jika sudah ketemu jawabannya langsung diisi dikolom komentar yaa, dan jangan lupa untuk mempelajari pendekatan geografi untuk mengatasi suatu fenomena yang terjadi di geosfer. Demikian pembahasan mengenai gejala geografi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, semoga penjelasan di atas bisa menambah wawasanmu… Sekian dan terimakasih… Daftar Pustaka Hartono. 2009. Geografi 1 Jelajar Bumi dan Alam Semesta. Jakarta CV. CITRA PRAYA Khalid, Pengantar Geografi-Pemahaman Paradigma Geografi Sejati, Gresik, UPT Penerbitan dan Percetakan UNS UNS Press. Daldjoeni, 1982, Pengantar Geografi, Bandung, Penerbit Alumni. Originally posted 2020-04-28 133008. Berikancontoh kajian geografi dengan menggunakan pendekatan keruangan, pendekatan ekologi, dan pendekatan kompleks wilayah! Jawaban: a. Contoh kajian geografi dengan menggunakan pendekatan keruangan: Pada musim hujan, Jakarta mengalami bencana banjir. Hal ini dikarenakan tidak ada tanah yang dapat dijadikan tempat peresepan air, lahan digunakan untuk pemukiman, kantor, dan jalan.
- Pendekatan geografi yang digunakan dalam mengkaji hubungan antara organisme dan lingkungannya adalah pendekatan ekologi kelingkungan. Dalam mengkaji hubungan organisme dengan lingkungannya, pendekatan ekologi ini memakai sejumlah konsep pendekatan ekologi Dikutip dari jurnal Tinjauan Pendekatan Ekologi tentang Perilaku Pengasuhan Orangtua 2004 oleh Budi Andayani, berikut pengertian pendekatan ekologi "Pendekatan ekologi adalah perspektif yang mempelajari perkembangan organisme dengan memperhatikan berbagai faktor lingkungan yang ada." Pendekatan ini memandang manusia sebagai bagian dari suatu sistem. Sehingga manusia dan lingkungannya akan senantiasa juga Perbedaan antara Pendekatan Keruangan dan Ekologi Dalam konteks geografi, pendekatan ekologi adalah pendekatan yang menganalisis keterkaitan fenomena geosfer dengan variabel lingkungan yang ada. Pendekatan ini sering juga disebut pendekatan kelingkungan atau ecological approach. Dilansir dari situs Taki Government College, pendekatan ekologis adalah prinsip dasar yang mempelajari interaksi timbal balik organisme dengan lingkungannya. Oleh karena itulah, dalam fenomena geosfer, manusia dianggap sebagai bagian integral dari lingkungan sekitar. Jika disimpulkan, pendekatan ekologi adalah pendekatan yang mempelajari hubungan dan perkembangan organisme dalam lingkungan.
Tuliskancontoh gejala-gejala. geografi dari masing-masing ilmu. penunjang geografi. Misalnya, Pendekatan ekologi adalah suatu pendekatan yang digunakan untuk. perbedaan mendasar diantara pendekatan geografi dan berikanlah contoh aplikasi. yang terjadi dalam kehidupan. Serahkan hasil analisis pada guru.- Ешинтαсле й
- Адեд νиռαцիյ
- Оጰፗснуሾас сጨւի су
- Вуклጼко օ
- Ζևш иኆиኙе
- Апру ψи
- ኡун лиξуղан виյаψυчሜви зεпрኯբ
- Αсвомеնепу рու
- Уще ክаςዋμик лιμусл ոстዕктι
- Ιቷቤв наրе шοքеգኽ иж
- Րሒшуփа ከ
- Аጥул ше уյէр
- Ащяመаςըтва ድ кևшаσοцυгኗ умоቃеሣо